Se’i Sapiku Indonesia — Se’i merupakan olahan daging khas Kupang yang biasanya terbuat dari daging babi. Tapi di resto yang satu ini se’i tersaji halal karena menggunakan daging sapi. Se’i Sapiku merupakan pelopor daging se’i sapi halal di Indonesia.
Berawal dari sebuah ide untuk kuliner unik dengan cita rasa nusantara. Se’i Sapi merupakan makanan khas dari daerah Indonesia Timur tepatnya kupang NTT. Owner Se’i Sapiku Taslim Rachim mengatakan, Se’i Sapiku hadir membawa olahan daging se’i sapi halal yang dapat memanjakan seluruh lidah orang Indonesia tapi tetap mempertahankan cita rasa asli khas tradisional.
Diakuinya, Se’i Sapiku saat ini sudah tersedia di seluruh Indonesia dengan total 15 outlet. Rencananya ia akan menambah outlet di seluruh Indonesia sebanyak 50 outlet di tahun 2020 ini. Taslim Rachim melihat besarnya permintaan terhadap masakan se’i sapi ini di seluruh Indonesia.
Selain itu, memang makanan ini sedang viral karena rasanya yang nikmat membuat orang bisa repeat order berulang kali. Alasan Se’i Sapiku disukai banyak orang karena kualitas produk yang terjaga di setiap outletnya. Quality control dari pusat juga sangat ketat dan Se’i Sapiku memiliki central kitchen untuk memproduksi daging asap yang disuplai kepada franchisee.
Se’i menawarkan kerjasama kemitraan kepada masyarakat Indonesia untuk berani menjadi pengusaha, ungkap Tomliwafa owner Se’i Sapiku lainnya. Kerjasama yang dilakukan dengan franchisee sangat fair dan saling mendukung sesama untuk berusaha bersama. Se’i juga memberikan kesempatan kepada franchisee hanya 1 orang per kota, sehingga memberikan kesempatan berkembang bersama.
Tomliwafa berharap Se’i Sapiku tidak hanya memberikan makanan yang nikmat tapi juga memberikan value lebih dari sekedar makanan. Juga membuka lapangan pekerjaan dan menjalin silaturahmi antar pebisnis untuk berbisnis bersama melalui peluang kemitraan Se’i Sapiku.
Melalui Se’i Sapiku, Tomliwafa Bagikan 1.000 Porsi Gratis
Pengusaha muda yang namanya tengah naik daun, Towliwafa, ini memiliki sejumlah bisnis mentereng, dari mulai industri fashion hingga kuliner. Pemilik akun Instagram @tomliwafa ini mengatakan, salah satu bisnis kuliner yang dimilikinya adalah Se’i Sapiku Indonesia. Dijelaskannya, Se’i Sapiku adalah restoran yang menyajikan daging asap khas NTT yang memiliki cita rasa khas tradisional.
Kuliner ini belakangan banyak digandrungi oleh para pemburu kenikmatan kuliner khas daerah.Tomliwafa mengungkapkan bahwa Se’i Sapiku disukai banyak orang karena kualitas produk yang terjaga di setiap outletnya. Quality control dari pusat juga sangat ketat. Selain itu, Se’i Sapiku memiliki central kitchen untuk memproduksi daging asap yang disuplai kepada franchisee.
Belum lama ini, di tengah pandemi COVID-19 yang masih belum mereda, pihaknya melakukan kegiatan sosial dengan membagikan 1.000 porsi gratis kepada masyarakat sekitar sebagai program CSR dan membantu perekonomian masyarakat sekitar. Tomliwafa menuturkan bahwa dirinya yang tengah merayakan ulang tahun, ia mau membantu perekonomian karena di saat ini bersyukur kita masih bisa makan. Padahal banyak orang diluar sana yang untuk makan saja susah.
Melalui program ini, Se’i Sapiku menggelar campaign di sosial media dengan hastag #RaziaPerutLapar. Tomliwafa berharap Se’i Sapiku tidak hanya memberikan makanan yang nikmat tapi juga memberikan value lebih dari sekedar makanan. Diharapkan Se’i juga terus berusaha semaksimal mungkin dengan membuka lapangan pekerjaan dan menjadi solusi bagi masyarakat sekitar yang terdampak pandemi.
Usaha Membawa Merek Lokal Masuk Kelas Dunia
Potensi wirausaha bagi para pemuda Indonesia ternyata masih besar. Tengok saja Renaldy Pujiansyah, pemuda yang lahir di Sangatta Kalimantan Timur pada 1999. Renaldy memiliki kisah yang menarik dalam kariernya sebagai pemasar. Ia bekerja mulai dari berjualan koin gim daring, terlibat dalam dunia buzzer, hingga menjalankan bisnis dropship yang menghasilkan ratusan juta rupiah.
Dengan pengalaman di dunia digital marketing selama kurang lebih 7 tahun, ia memberanikan diri mendirikan Insaf Digital Agency, agensi marketing yang berfokus di pemasaran digital yang berlokasi di Surabaya, Jawa Timur. Insaf, menurut KBBI, berarti sadar yang benar. Sesuai dengan namanya, Insaf ingin menjadi agensi pemasaran yang memberikan solusi berdasarkan fakta masalah, harga yang transparan, dan merangkul orang-orang yang sudah boncos dalam marketing. Harapannya mereka bisa ‘sadar’ strategi yang benar ketika berada di Insaf.
Dilansir dari laman daily.com, Ia mengungkapkan bahwa Ia seringkali iseng bermain gim di Facebook. “kan ada tuh belanja koinnya pakai kartu kredit. Nah teman-teman enggak tahu bagaimana cara belanjanya. Waktu itu aku tahu ada virtual kartu kredit. Ya sudah aku makelarin tuh. Lumayan waktu itu bisa dapat uang jajan.”
Selanjutnya Renaldy bergabung dalam tim buzzer buat belajar cara mengembangkan merek dan personal branding. “Ilmu-ilmu dari situ aku terapin ke bisnis dropship, karena aku kan di daerah Kalimantan Timur enggak mungkin stok barang,” ungkapnya. Dari bisnis itu, cuma pemasar daring, pihaknya mencetak omset milyaran rupiah dalam satu tahun. Insaf dibawa Renaldy dalam misi membuat merek lokal menjadi kelas dunia. Impiannya, merek-merek di kota kecil maupun besar di Indonesia dapat memperluas pasar dan menjadi besar melalui digital.
“Dengan Insaf, saya berharap bisa mengembangkan banyak brand lokal, karena kekuatan digital itu besar banget. Ini karena sekarang kita harus berkolaborasi untuk mewujudkan mimpi yang besar. Kamu memang tidak bisa membeli mimpi yang besar tapi kamu bisa bekerja sama dengan orang yang mampu mewujudkan mimpi yang besar tersebut.” Menurutnya, kunci keberhasilan membesarkan merek di era digital yaitu dapat membaca data yang dihasilkan. Hal tersebut membuat kita mampu menentukan strategi selanjutnya. Jadi digital marketing bukan sekadar membuat banyak posting-an. Saat ini Insaf memiliki tim yang terdiri dari 15 orang.
Kisah Bos Se’i Sapiku Indonesia, Bangkit di Tengah Pandemi dan Pekerjakan Korban PHK
Berbisnis di masa Pandemi dengan penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang terus mengalami perpanjangan waktu, membuat pelaku usaha kecil menengah (UKM) harus super kreatif. Tentunya demi peningkatan penjualan dan perolehan laba yang sesuai, agar usaha yang dijalankan tidak malah gulung tikar karena melemahnya daya beli masyarakat. Sebagai pengusaha kuliner, Taslim sebelumnya mengaku sempat sangat terpukul dengan kondisi Pandemi, yang memaksa gerai restorannya tidak beroperasi.
“Waktu itu sangat bingung, saya berpikir ini (usaha) selesai. Dan hampir semua pengusaha kuliner menjual makanan dalam bentuk frozen (beku), dari situ ada harapan. Artinya peluang selalu ada,” ucap pria 28 tahun ini. Dari harapan itu, dia bertekad tidak merumahkan sementara dan tetap mempekerjakan seluruh pekerjanya yang ada. Sehingga aktivitas usahanya bisa tetap berjalan dengan mengandalkan jualan makanan beku.
Meski begitu, dia tetap optimis dalam menjalankan roda usaha kuliner yang digelutinya. Dia berkeyakinan kegiatan usaha yang dijalankannya saat ini, lebih banyak membawa manfaat bagi karyawan dan pengemudi ojek online.