Mitos tentang freelance — Industri bisnis saat ini sudah banyak yang mempekerjakan pekerja lepas atau lebih dikenal dengan sebutan freelancer. Freelancer mampu bekerja secara remote (jarak jauh). Tentunya, sistem kerja seperti memberikan keuntungan tersendiri. Kenyataannya, banyak yang mengakui kebenaran ini, sehingga semakin banyak menambah jumlah pekerja lepas dalam barisan tim kerjanya.
Freelancers Union & Elance-Odesk melakukan studi bahwa pekerja lepas telah menyumbang sekitar $ 715 miliar pada ekonomi Amerika Serikat. Bahkan, pada tahun 2027, diperkirakan pekerja lepas akan menjadi mayoritas tenaga kerja di seluruh dunia. Terlepas dari itu, ternyata masih saja banyak beredar di tengah masyarakat berbagai pandangan yang keliru tentang pekerja lepas. Coba lihat beberapa pandangan yang kurang tepat terkait freelancer berikut ini.
Mitos 1: Freelancer Tidak Mampu Mengerjakan Pekerjaan Kompleks
Ini dia mitos tentang freelance yang pertama. anyak pimpinan perusahaan mungkin berasumsi bahwa mereka tidak bisa menemukan freelancer yang berkualitas tinggi. Eh, jangan salah dulu ya. Hal ini sama sekali tidak benar. Menurut catatan Analisis Industri Kepegawaian, sekitar setengah dari semua freelancer memiliki setidaknya gelar associate. Dengan kata lain, freelancer saat ini merupakan profesi tidak tetap yang memiliki kualifikasi apapun sesuai kebutuhan industri untuk mengisi kesenjangan dalam alur kerja.
Misalnya saja seperti keahlian spesialis IT, keuangan, kesehatan, dan sebagainya. Bisnis bisa mempekerjakan freelancer sesuai keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan untuk mendukung operasional bisnis tetap berjalan. Masyarakat patut menyadari, bahwa kini banyak freelancer yang aktif mengembangkan berbagai profesi atau jasa baru.
Misalnya, saat ini ada berbagai situs freelancer yang memungkinkan klien bekerja sama dengan para ilmuwan atau peneliti lepas. Ditambah lagi, ada banyak platform freelancer yang menyediakan freelancer dengan beragam kualifikasi umum seperti penulis, pengembang, pakar pemasaran dan penjualan, dan lain-lain.
Mitos 2: Freelancer Tidak Menginginkan Penugasan Jangka Panjang
Mitos yang kedua adalah pekerja lepas atau freelancer masih dianggap seperti “pekerjaan hantu”. Tidak memiliki identitas dan kerap bekerja di balik layar. Setelah pekerjaan selesai, mereka akan segera menghilang dan beralih ke klien lainnya. Itulah kesan yang dimiliki banyak manajer tentang pekerja tidak tetap. Meskipun benar bahwa freelancer mungkin tidak menginginkan pekerjaan tradisional seperti di kantor pada umumnya, tetapi freelancer sangat menerima hubungan kerja jangka panjang.
Saat ini banyak freelancer yang bekerja dengan klien tetap yang membayar jasa mereka dengan kontrak setiap bulan, tidak berbeda seperti pegawai kantor pada umumnya. Dalam sebuah survey menemukan fakta bahwa sebanyak 31 persen pekerja lepas akan rela mengambil pekerjaan penuh waktu sebagai karyawan di kantor klien yang membuat mereka nyaman dan cocok.
Mitos 3: Freelancer Tidak Memiliki Loyalitas
Sekalipun pada kenyataannya freelancer memang menjadi bos bagi diri sendiri, namun mereka tetap memiliki loyalitas kepada klien mereka. Bagaimanapun, klien-klien tersebut pada dasarnya sama seperti manajer mereka. Ini seperti memiliki banyak supervisor yang memeriksa masing-masing hasil pekerjaan. Ini adalah mitos yang salah tentag freelance.
Bahkan, menurut sebuah studi Burson-Marsteller, 42 persen perusahaan menganggap pekerja lepas tidak ubahnya seperti karyawan tetap mereka. Pekerja lepas menginginkan fleksibilitas kerja, tetapi tidak akan mengorbankan kehilangan klien yang berharga. Mereka menyadari bahwa klien merupakan sumber aliran pendapatan mereka. Jadi, freelancer akan tetap loyal dan melakukan pekerjaan sebaik mungkin.
Oleh karena itu, freelancer yang berbakat sangat serius dalam menjalankan pekerjaannya. Mereka tetap berkomunikasi, dan menunjukkan kesetiaan dengan cara berbeda. Misalnya, ada freelancer yang menunjukkan dedikasinya pada proyek tertentu dengan rela begadang hingga larut malam atau memberikan diskon tarif saat terjadi kesalahan. Bahkan, ketika sebenarnya hal itu tidak diperlukan dan perusahaan tidak membayar ekstra untuk layanannya itu.
Mitos 4: Freelancer adalah penyendiri atau introvert
Memang benar bahwa sebagian besar pekerjaan lepas dilakukan dari rumah, di kedai kopi, atau ruang kerja bersama (co-working space), dan lain-lain. Namun, beberapa orang secara keliru percaya bahwa jenis karir pekerja lepas ini sangat cocok untuk mereka dengan kepribadian yang tertutup. Padahal, tidak sedikit pekerja lepas yang membangun basis klien dengan sangat intens dan berjumpa banyak orang.
Mereka harus datang ke berbagai acara pertemuan atau acara komunitas start up dan pebisnis serta bersikap ramah. Hanya saja, pekerja lepas memang harus memasarkan jasa mereka sendiri dan membangun brand image secara individu. Mungkin inilah yang membuat orang melontarkan stigma bahwa pekerja lepas adalah penyendiri atau individualis.
Banyak di antara para pekerja freelance menjadi orang yang mengatur pemasaran untuk dirinya sendiri dan pemasaran mengharuskan mereka berinteraksi dengan banyak orang lain. Tambah lagi, pelatih yang bekerja freelance secara efektif juga harus dapat bekerja sangat keras untuk membangun basis klien mereka, sering menghadiri pertemuan atau bahkan acara networking.
Mitos 5: Freelancer bisa bekerja kapanpun dan bebas berpakaian apa pun
Kabar yang sering terdengar tentang freelancer memang seperti itu. Pekerjaan lepas menawarkan kebebasan dari segi jam kerja, tempat kerja, dan dress code. Akan tetapi, ini hanya mitos bagi sebagian pekerja lepas. Karena mereka harus mematuhi jam kerja normal antara jam 08.00 – 17.00 agar bisa tetap berkomunikasi dengan klien yang berbasis di kantor konvensional.
Kadang freelancer juga harus berada di satu tempat dengan layanan Wi-Fi yang bisa diandalkan. Jadi, meskipun bekerja dari tepi pantai adalah impian yang menyenangkan, rasanya lokasi ini kurang produktif bila untuk bekerja. Selain itu, panggilan video dengan klien atau rekan kerja menuntut agar freelancer tetap berpakaian standar yang sesuai dan sopan.
Tidak ada yang melarang freelancer memakai piyama atau celana yoga saat bekerja, tetapi sebagian besar freelancer yang profesional tetap menjaga penampilan yang rapi dan sopan di depan klien-klien mereka.
Asumsi kebanyakan bahwa kerja freelance itu asik untuk mereka yang tidak ingin berada di bawah kendali orang lain yang menjadi atasan. Namun, hal itu adalah jebakan saja. Karena jika dipikirkan kembali, sebenarnya kerja freelance juga tetap ada yang mengawasi. Klien mereka adalah yang akan menilai hasil pekerjaan Anda dan menjadi kritik yang dapat membuat Anda berpikir ulang untuk memilih jenis pekerjaan ini.
Mitos kerja freelance selanjutnya yang mengiang bagi banyak orang adalah bahwa mereka yang melakukan pekerjaan freelance adalah mereka yang menjadi bos untuk diri mereka sendiri. Namun, tahukah Anda bahwa bekerja freelance berarti Anda harus bisa meyakinkan banyak klien untuk menyewa jasa yang ditawarkan?
Nah, orang-orang yang menjadi klien Anda itu adalah para bos baru Anda. Dan alih-alih memiliki satu bos, Anda sekarang memiliki banyak bos dengan berbagai karakter. Mereka semua ingin melihat hasil pekerjaan Anda, mendapat perhatian dan balasan email dari Anda. Meskipun Anda adalah bos untuk diri sendiri, namun demikian, Anda masih harus menjawab permintaan dari banyak orang lain yang memakai jasa dari Anda.
Mengutamakan jasa untuk branding diri. Itulah inti dari seorang freelancer. Sama halnya dengan Mitran Pack yang selalu berupaya untuk terus meningkatkan layanan dan jasa dengan tujuan memanjakan konsumen. Seperti halnya freelancer, karena konsumen adalah bos untuk suatu pelayanan. Sekian mitos tentang freelance yang berhasil Mitran Pack rangkum untuk Anda.