Persaingan antar perusahaan untuk mendapatkan talenta-talenta unggul Indonesia semakin ketat. Talent acquisition specialist harus berusaha ekstra. Salah satu gambaran persaingan itu terlihat pada hasil survei Universum terhadap generasi millenial yang masih berstatus mahasiswa (Indonesia Top 100 IDEAL Employers student survey 2017). Mengandalkan citra dan reputasi perusahaan saja tidak cukup. Mereka memperhatikan karyawan dan budaya perusahaan, termasuk remunerasi dan peluang untuk mengembangkan karir.
Talent acquisition specialist juga berjuang untuk memikat kandidat niche yang berpengalaman dan menguasai keterampilan yang langka. Menghadapi persaingan yang intens, bagaimana mereka mempersiapkan diri dan menerapkan segala taktiknya? Lalu, bagaimana masa depan talent acquisition specialist di era yang digadang sebagai era Industri 4.0?
Talent acquisition dan Rekrutmen apakah sama?
Proses rekrutmen merupakan proses menerima kandidat secara langsung untuk mengisi posisi kosong tertentu secara spesifik dalam perusahaan. Lain halnya dengan talent acquisition yang lebih mengacu pada proses berpikir strategis terkait perolehan kandidat. Seringkali banyak yang mengira keduanya adalah hal yang serupa.
Kekeliruan ini terjadi dikarenakan dua istilah tersebut sering digunakan di dunia sumber daya manusia. Jika ditelisik lebih dalam, terdapat perbedaan diantara keduanya. Di mana proses rekrutmen hanyalah proses menerima untuk menempati posisi tertentu, namun talent acquisition disertai rencana jangka panjang terkait pembangunan relasi, syarat untuk perekrutan kedepannya, serta menciptakan kumpulan kandidat yang berkelanjutan.
Lalu, manakah yang lebih baik? Sebenarnya bukan perkara mana yang lebih baik, namun lebih cermat terkait apa saja syarat yang dibutuhkan. Perlu ketelitian untuk melihat apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh perusahaan. Perusahaan sedang mencari posisi kosong ataukah mengidentifikasi posisi di masa depan sebagai bagian dari rencana strategis jangka panjang untuk merekrut kandidat baru?
Jika dibahasakan secara sederhana, rekrutmen merupakan bagian dari talent acquisition. Tidak ada talent acquisition tanpa adanya proses rekrutmen. Namun, rekrutmen dapat tetap berlangsung tanpa ada strategi talent acquisition.
Apa itu Talent Acquisition?
Dulu mungkin lebih dikenal dengan posisi Recruitment Officer, Recruitment Staff, atau Recruitment Specialist. Semua ini bisa merujuk kepada banyak terminologi sesuai dengan yang dipakai oleh sebuah perusahaan. Yang pasti, terminologi ini berguna untuk menunjukan posisi yang bertanggung jawab dalam melakukan proses dan memastikan kebutuhan pengadaan karyawan di dalam perusahaan guna mengisi posisi yang kosong.
Saat ini, penggunaan istilah ini menjadi lebih umum karena disesuaikan dengan perusahaan yang ingin mendapatkan talenta bukan hanya sekedar pekerja. Dari tanggung jawab tersebut jelas terlihat bahwa posisi ini sangat penting bagi sebuah perusahaan. Karena selain pilar bisnis komersial, teknologi, keuangan dan operasional, pilar Sumber Daya Manusia (SDM) adalah hal yang sangat penting. Tanpa SDM yang baik, tidak akan ada perusahaan yang dapat mencapai tujuannya.
Talent acquisition adalah posisi yang berfungsi untuk menelaah individu yang memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia perusahaan secara efektif dan efisien. Disamping itu, fokus mereka ialah mengembangkan seorang talent secara tepat. Maka dari itu, talent acquisition merupakan bagian dari proses rekrutmen.
Perusahaan yang sedang melakukan branding, membutuhkan adanya talent acquisition. Pada situasi ini, talent acquisition dipadang mampu membantu perusahaan menciptakan brand. Diharapkan mampu secara keseluruhan, tidak hanya keahlian saja namun juga penampilan harus bisa mewakili perusahaan. Itulah sebabnya, talent acquisition lebih difokuskan pada pengembangan. Namun demikian, strateginya tetap merupakan suatu hal penting karena akan menguntungkan bagi perusahaan yang bersaing di pasar tenaga kerja yang sangat kompetitif.
Secara garis besar, seorang talent acquisition bertanggung jawab untuk mengidentifikasi, mengakuisisi, menilai, dan merekrut karyawan sesuai dengan posisi yang sedang dibutuhkan perusahaan. Lebih dari itu, seorang talent acquisition juga bertugas untuk menjaga kualitas karyawan secara berkelanjutan, salah satunya dalam hal employer branding.
Apa saja tugas-tugas seorang talent acquisition?
1. Inbound marketing
Sebelum merekrut karyawan, talent acquisition bertugas untuk menarik perhatian para job seeker untuk melamar di perusahaannya. Pada tahap ini, talent acquisition bertanggung jawab untuk membangun citra bahwa menjadi bagian perusahaannya adalah pilihan yang tepat. Adapun cara-cara yang dilakukan diantaranya ialah dengan membangun employer brand yang kuat sampai pada membuat recuritment marketing campaign.
2. Outbound marketing
Pada tahap inbound marketing, talent acquisition akan berfokus pada internal perusahaan. Talent acquisition bisa dibilang menarik perhatian pencari kerja secara pasif. Sementara itu dalam outbound marketing, talent acquisition lebih aktif dalam mencari kandidat terbaik. Ada berbagai cara yang bisa dilakukan, yaitu memasang iklan recruitment yang menarik, menyebar email, hingga mencari kandidat dari job site.
3. Filtering and selection
Tahap ketiga dari tugas seorang talent acquisition adalah mengurasi kandidat yang melamar pekerjaan. Kemungkinan akan ada banyak kandidat yang melamar. Dari sekian banyak kandidat tersebut, talent acquisition harus menemukan kandidat terbaik bagi perusahaan berdasarkan berbagai parameter yang telah ditentukan.
Beberapa parameter yang biasa digunakan adalah kualifikasi pendidikan, skill, kepribadian, tujuan karir, dan culture fit. Bagi sebagian perusahaan, culture fit merupakan salah satu parameter yang paling penting. Dari situ, talent acquisition bisa melihat apakah nantinya kandidat akan betah dan mampu beradaptasi dengan cara kerja perusahaan dan timnya.
4. Conversion and onboarding
Setelah mendapatkan kandidat terbaik, talent acquisition masih terus bertanggung jawab pada karyawan baru tersebut di dalam perusahaan. Talent acquisition memiliki tanggung jawab pada negosiasi gaji, tunjangan, hingga perjalanan karier karyawan. Kemudian, talent acquisition juga akan memberikan onboarding pada karyawan baru. Onboarding adalah proses mengenalkan perusahaan pada karyawan baru. Beberapa hal yang dikenalkan biasanya seperti informasi general perusahaan, culture, aturan, dan workflow. Di beberapa perusahaan, proses onboarding bisa dilakukan lebih dari satu hari.
5. Continuous improvement
Sebuah penelitian yang dilakukan Jobvite menemukan fakta bahwa 30 persen karyawan baru memutuskan untuk resign dalam 90 hari pertama kerjanya. Angka tersebut terbilang sangat besar, tentu. Oleh karena itu, seorang talent acquisition juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa karyawan baru tersebut bisa beradaptasi dengan baik.
Biasanya dalam beberapa bulan pertama, seorang karyawan baru akan diajak berbincang dengan seorang talent acquisition. Pada kesempatan tersebut, mereka bisa menanyakan hambatan, pengalaman, hingga feedback yang dapat membuat kerja karyawan tersebut lebih baik.
Kesimpulannya, merekrut atau akuisisi?
Jika perusahaan kekurangan sumber daya dan tenaga kerja, sistem rekrutmen mungkin merupakan pilihan yang lebih baik karena prosesnya yang cepat, lebih sederhana dan membutuhkan komitmen yang lebih sedikit. Namun, terdapat risiko yang lebih tinggi yang mungkin menghabiskan waktu dan biaya lebih banyak akibat salah mempekerjakan pegawai. Oleh karena itu, disarankan untuk segera mengadopsi strategi tersebut ketika perusahaan mampu melakukannya.
Meskipun mungkin harus menghabiskan lebih banyak waktu dan upaya untuk memperoleh kandidat, perusahaan akan memiliki peluang lebih tinggi untuk merekrut kandidat-kandidat unggulan yang akan membantu memajukan perusahaan untuk jangka panjang. Seperti Mitran Pack yang selalu menjaring karyawan untuk dapat berkomitmen secara jangka panjang. Tidak hanya berkomitmen secara lama dalam bekerja, namun juga terus mengembangkan produk yang baik di setiap waktunya.